Rabu, 15 Februari 2012

Made in China, Antara "Gengsi" dan "Kebutuhan"

"Made in China, dulu sih kenalnya tulisan itu hanya di produk mainan saja. Sekarang, hampir sebagian barang di toko ada cap Made in China."


Produk cina merupakan barang yang kini merajalela di tengah perekonomian negara-negara dunia baik yang sedang menikmati krisis ekonomi akibat kesalahan masa lalu, ataupun yang sedang waspada mengawasi pertumbuhan jangka pendeknya. Produk yang kini menjadi paradoks kehidupan. Dibeli karena "kebutuhan" ataupun dijauhi karena "gengsi".

Indonesia merupakan negara yang unik pasarnya, di mana masing-masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda Jakarta misalnya yang masyarakatnya tergolong Branded Oriented, Begitupula dengan Surabaya yang terkenal di kalangan pengusaha mall bahwa masyrakatnya tergolong kategori Price Sensitive.  Tapi menurut saya lambat laun pola pikir masyrakat akan cenderung menuju Branded Oriented karena arus informasi yang mengalir tanpa batas terutama di daerah perkotaan besar.


Branded Oriented inilah yang akhirnya menciptakan China's Paradox di mana sekarang barang Made in China yang dapat dikatakan memiliki kualitas sama dengan merk Branded bahkan lebih bagus sepertinya masih dianggap barang inferior oleh masyarakat di dunia. Mungkin penyebabnya karena faktor track record barang dari Cina tersebut yang dulu terkenal kualitasnya buruk, harga murah sehingga menjadikan barang tersebut "terlihat murah", atau adanya sifat gengsi di kalangan masyarakat. Mungkin yang terakhir bisa jadi memang ada di sebagian besar orang.

Ok, setidaknya stigma ini menciptakan suatu kasta dalam barang-barang yang dijual di Indonesia. Namun, perlu diketahui bahwa sebagian besar merk branded yang kita gunakan merupakan rakitan dari China yang tampaknya membutakan kita dengan logo merk Internasional. Coba Anda periksa laptop yang sekarang digunakan saya yakin ada beberapa komponen hingga sebagian besar komponen bertuliskan Made in China. Sehingga kurang pantas kiranya jika kita menghujat produk Cina untuk saat ini. Kemajuan ekonomi dan teknologi Cina sekarang telah diakui dunia bahkan oleh kita sendiri. Keberadaan barang Cina yang murah dengan kualitas sama dengan International Branded setidaknya membantu masyarakat kita untuk berhemat dan seharusnya kita patut bersyukur dengan adanya produk ini karena secara tidak langsung masyarakat dapat mendapat keuntungan mencicipi teknologi dengan harga yang tak terlampau mahal.
Jadi apakah Anda termasuk "berbelanja berdasarkan gengsi" atau "berbelanja karena kebutuhan"?

@ibnuwc

Jumat, 10 Februari 2012

Konsumtif Boleh, Tapi ...

Siapa sih yang tidak memiliki sifat konsumtif? Sebagian besar manusia tercipta dengan kondisi konsumtif. Bahkan dengan sifat konsumtif ini, banyak orang berinovasi untuk membuat agar sumber daya yang ada mampu menampung keinginan kita. Yeah, memang manusia disebut sebagai homo economicus yang identik dengan pengorbanan yang dikeluarkan sedikit namun keuntungan yang didapat harus lebih besar.

Di era modern seperti ini, perilaku konsumtif udah biasa dan wajar, kalau tidak melakukan konsumsi susah untuk bertahan bahkan seorang pengemis di jalan pun melakukan hal ini. Konsumtif di sini identik dengan pengeluaran uang di dompet. Sebagai mahasiswa dengan otak pas-pasan yang tinggal di rumah kos seperti saya, sangat paham betul bagaimana susahnya ketika kiriman habis, ingin bekerja takut kuliah terganggu. Sat-satunya jalan yang halal ya mengatur pengeluaran. Jujur saya sebagai penulis orangnya boros kalau masalah beli   sesuatu yang dilihat dan sangat memikat mata. Hehe . Susah memang untuk menghilangkan karena memang udah kodrat dari lahir. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Namun sebelum menjawab, jangan anggap konsumtif itu penyakit namun manfaatkan sifat boros kita tadi. Berikut tips dari saya :

Menabung Itu Penting!


Hal yang terlintas bagi orang yang terdeteksi bermasalah dengan sifat boros adalah memandang uang yang diterima harus segera dibelanjakan hingga akhirnya tidak terkontrol. Ok, sekarang ganti pola pikir dengan prioritas menyisihkan uang dulu. Tidak perlu jauh-jauh harus ke bank, cukup letakkan celengan di tempat di mana anda sering berada di tempat itu jika di rumah sehingga secara tidak langsung akan memberikan efek psikis kepada anda untuk menjalankan terapi ini. Untuk tahap selanjutnya, kalian bisa menabung di bank dan pisahkan mana tabungan untuk konsumsi dengan tabungan untuk benar-benar simpanan untuk ke depan.

Buat Daftar Kebutuhan dan Keinginan!

Daftar Kebutuhan dan Keinginan ini sangat membantu sekali untuk memanfaatkan sifat boros kita. Daftar kebutuhan ini berisi semua yang harus kita beli, jika tidak ada barang ini maka akan mengurangi produktivitas kita dalam menjalani aktivitas. Contoh barang yang termasuk kebutuhan adalah alat-alat mandi, buku kuliah, dll.  Daftar keinginan adalah daftar barang setelah kita berhasil memenuhi semua barang kebutuhan kita. Barang yang termasuk barang keinginan seperti sepatu baru padahal kita sudah punya yang masih bisa digunakan. Ingat! prioritaskan kebutuhan bukan keinginan dan masukkan sesuai dengan harga barang-barang yang Anda tulis di daftar dengan harga sesungguhnya. Perlu diingat, ketika merancang daftar ini, hilangkan rasa gengsi karena akan merusak strategi Anda. Tulis semuanya di kertas yang mudah terlihat oleh Anda dan setiap akan membeli barang. Jangan malu untuk membuka list yang  Anda buat tadi ketika berada di supermarket. Dari daftar tersebut, Anda bisa mengukur seberapa besar pengeluaran yang Anda keluarkan dari kegiatan menyusun daftar ini, kita mulai belajar mengatur sifat boros yang kita miliki.

Ayo Berinvestasi!

Investasi itu mahal sepertinya udah tidak berlaku lagi di negeri ini. Banyak bank atau koperasi di negeri ini yang memberi kemudahan untuk berinvestasi dengan dana minim, contohnya dengan menabung di koperasi, anda akan mendapat hasil tambahan dari Sisa Hasil Usaha yang diberikan. Lumayan, menambah pendapatan. Contoh produk investasi lainnya seperti deposito, reksadana, saham, dll.

Berbagi itu perlu lho...

Boros berawal dari terlalu banyak keinginan kita dan kita terlalu egois untuk melihat keadaan orang lain di sekitar kita. Berbagi tidak hanya bersedekah, namun juga bisa mentraktir teman. Dengan berbagi, secara langsung akan mengurangi sifat serakah kita terhadap suatu hal. Selain menghilangkan sifat tamak, berbagi dapat mempererat tali persaudaraan. Udah tahu kan bagaimana enaknya jika memiliki teman berkualitas yang banyak. hehe

Sebenarnya masih banyak tips-tips lainnya dari saya. Namun, saya prioritaskan yang ini dulu karena memang telah saya coba sendiri dan berhasil. Perlu diingat, Semuanya akan berakhir sia-sia jika hanya berakhir dengan pemikiran. Apabila ingin berhasil, kita harus dan wajib melakukan aksi nyata. Semoga coretan pertama saya ini bermanfaat.

@ibnuwc